Jumat, 06 Juni 2014

#Pencermat: Mengenal Bung Karno

Buku Bung Karno Bapakku Kawanku Guruku,
buku lama yang saya temukan ketika membereskan rumah almarhum eyang
Hari ini adalah ulang tahun Bung Karno yang ke 113 tahun, andai saja dia masih hidup. Namun kenyataannya pada 21 Juni 1970, pria kelahiran Surabaya itu dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga tak mungkin bagi saya yang kelahiran 1989 ini secara langsung mengenalnya. Beruntung ada para penulis, pencerita, dan para perekam sejarah yang dengan baik hati mau mengenalkan sosok Bung Karno pada saya. Salah satu dari mereka adalah anak Bung sendiri, Muhammad Guntur Soekarno Putra.

Kurang lebih delapan tahun setelah Bung Karno meninggal, Guntur menerbitkan buku yang berjudul Bung Karno Bapakku Kawanku Guruku. Sebuah buku yang ringan namun sangat menarik. Sebuah buku yang kebanyakan isinya adalah percakapan. Dialog antara Bung Karno dan Guntur, Dialog antara bapak dan anak.

Tentu dialog yang dituliskan oleh Guntur itu tidak benar-benar persis seperti kenyataannya, karena hanya mengandalkan ingatan semata. Namun tetap saja buku ini menarik, karena penulisnya adalah darah daging Bung Karno sendiri. Seorang anak, yang biasanya selalu punya kisah seru dengan bapaknya, yang tidak mungkin akan pernah dirasakan oleh orang lain.

Dalam buku 268 halaman itu, Guntur menceritakan banyak hal tentang bapaknya bahkan detil-detilnya. Seperti Bung Karno suka baca koran sambil buang air besar, sering menggunakan bahasa sunda, tidak suka jengkol, dan lain-lain. Tapi diantara cerita-cerita Guntur tersebut, saya paling suka kisah Bung Karno ketika menghadiri pertemuan pertama Konperensi Gerakan Non Blok (GNB) di Beograd, Yugoslavia. Guntur tidak ikut pergi, tapi diceritakan oleh Bung Karno ketika makan siang bareng di Istana Negara pada 1964.

Ada 25 perwakilan negara yang hadir ketika itu, beberapa diantaranya adalah para pesohor seperti Gamal Abdel Nasser (Mesir), Jawaharlal Nehru (India), dan Josib Broz Tito (Yugoslavia) sebagai tuan rumah. Hebatnya meski dihadiri orang-orang hebat, Bung Karno termasuk juga sebagai kepala negara yang diperhitungkan. Seluruh kepala negara berpidato dalam konperensi tersebut, termasuk Bung Karno. Namun pidato Bung Karno lah yang paling rami mendapat tepuk tangan riuh dari para peserta konperensi, bahkan isi pidato itu yang kemudian banyak disepakati jadi keputusan sidang. 

"Di samping itu sidangpun mengutus Bapak dan Pak Nehru mewakili seluruh negara-negara Non Blok menyampaikan keputusan-keputusan sidang; masing-masing Bapak ke Kennedy, dan Nehru ke Khrustjov, agar kedua negarawan itu tahu bahwa kekuatan politik yang baru yang anti Neo-Kolonialisme & Imperialisme sudah muncul di tengah-tengah pergolakan politik dunia, dus mereka jangan mau seenak udelnya mengatur dunia ini," ujar Bung Karno seperti yang dituliskan Guntur di buku tersebut. 

Kecerdikan Bung Karno
Tapi bukan cerita itu yang paling menarik dari tulisan Guntur. Yang paling menarik justru mengetahui bagaimana Bung Karno bisa membuat seluruh peserta konperensi menyetujui isi pidatonya. Ternyata Bung Karno cerdik memakai pakai ilmu psikologi massa, atau bahasa kasarnya mengelabuhi massa. Jadi sebelum berpidato, dia terlebih dahulu mendatangi Nehru dan Nasser (dua kepala negara yang disegani) kemudian berbisik. Hebatnya bisikan Bung Karno tersebut membuat Nehru dan Nasser mengangguk-angguk layaknya setuju.

"Ingin tahu apa yang aku bisikkan? Kurang lebih begini (bahasa) Indonesianya: Saudaraku Nasser atau Saudaraku Nehru, apa kau masih betah duduk di sini lebih lama lagi? Aku capek dan lapar! Perutku sudah melilit-lilit! Apa kau lapar juga? Gimana kalau kau, aku undang makan siang sehabis sidang ini di hotelku? Kau setuju? Nasser dan Nehru pun acc... lalu mengangguk-angguk!! Cuma itu! Dan semua peserta mengira Nasser dan Nehru sudah acc dengan konsep Indonesia! Buatku yang penting semua peserta harus bisa dipersatukan pendapatnya!," ungkap Bung Karno.   

Gila, gak salah kalau Bung Karno banyak yang suka. Dia keren abis ternyata. Itulah pikirku setelah membaca cerita itu. Aku langsung jatuh hati pada Bung Karno. Benar-benar luar biasa kecerdikannya. Dia bisa membaca situasi, membaca keadaan, membaca psikologi massa di dalam konperensi tersebut. Hal yang sepele seperti urusan perut, ternyata bisa menjadikan Indonesia sebagai negara yang disegani di dunia ketika itu. Luar Biasa!!!

Satu harapan saya. Semoga kecerdikan Bung Karno ini bisa ditiru oleh petinggi-petinggi Indonesia saat ini. Aaaamiiiiin. 

NB: Postingan ini dibuat selain untuk mengisi blog saya biar ramai, juga untuk ikut serta sebagai #Pencermat (Pencerita Jumat). Jadi saya dan beberapa teman seperti Rizki, Tito, Andra berjanji untuk menuliskan cerita apapun setiap hari Jumat, selama satu bulan ke depan. Dan ini adalah tulisan pertama saya sebagai #Pencermat. Semoga suka :) 

 

1 komentar:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus