Rabu, 21 Mei 2014

Kampanye negatif yang positif

Video kampanye Bill Clinton ketika pemilu 1996 di Amerika Serikat (sumber: Youtube)

Terlalu banyak kampanye negatif berseliweran melalui layar smartphone kita masing-masing. Bagi yang belum punya smartphone, jangan khawatir. Sistem delivery kampanye negatif lewat sms masih tetap dipertahankankok. Jadi baik yang hi-tech atau yang gap-tech semuanya bisa tahu tentang kabar-kabar yang mengatakan bahwa ada capres kita yang merupakan pelanggar Hak Asasi Manusia (HAM), ada yang merupakan capres boneka, ada yang identitas aslinya dipalsukan, ada yang "burung" pun dia tidak punya, upsss...

Sekilas kampanye-kampanye negatif itu agaknya menguntungkan, karena membuat kita jadi banyak tahu  tentang profil si calon presiden. Hanya saja di sisi lain, kita juga dibuat teramat sangat bingung terkait sahih atau tidaknya informasi tersebut. Mengapa? karena kampanye negatif tidak pernah mencantumkan nama sebenarnya dari si pembuat pesan. Kalau-kalau ada namanya, kebanyakan kita gak kenal, atau memang dia yang gak terkenal, hehe (mungkin lebih tepatnya dia sebenarnya gak kredibel untuk menuliskan pesan tersebut).

Pengalaman di Amerika sih (nggak saya gak pernah ke Amerika, cuma tahu dari buku, hehe) hampir setiap kampanye negatif itu jelas pengirimnya. Ada seorang profesor komunikasi dari Universitas Pennslyvania, Kathleen Hall Jamieson yang bilang kalau kebiasaan kampanye negatif dengan menyebutkan nama pengirimnya itu dimulai di Amerika sejak Pemilu 1996. Lebih tepatnya yang memulai adalah pasangan calon presiden Bill Clinton/Al Gore.

Jadi si Bill ini ceritanya menyerang pasangan capres lain yaitu Bob Dole/Jack Kemp dengan kampanye negatif di televisi. Isi kampanyenya simpel, Bill coba membeberkan apa saja pandangan politik Bob dari awal karir politiknya sebagai anggota kongres sampai sekarang. Di situ dibeberkanlah kalau Bob ternyata pernah menolak kenaikan upah minimum buruh, menolak pemberian vaksin untuk anak-anak, dan lain-lain. Setelah rentetan info keburukan Bob dipaparkan, hebatnya diakhir video keluar tulisan "Paid for by Clinton Gore 96 General Commitee Inc". Mantap abis. Itu tuh contoh dari kampanye negatif yang dilakukan dengan cara positif. Sekarang coba di Indonesia, pada berani mengakui dirinya sebagai pembuat kampanye negatif gak?

Kenapa kampanye negatif yang menyebutkan sumber pembuatnya disebut positif, ya karena masyarakat jadi bisa klarifikasi. Misalnya ada isu, calon presiden gak punya "burung"? eh itu lagi contohnya hehe... Kalau ternyata masyarakat ada yang mau banget tahu bener apa nggaknya isu tersebut, kan bisa langsung nanya aja ke si pembuat kampanye: "Emangnya kamu tahu dari mana kalau si calon presiden itu gak punya burung, emang pernah lihat?", hehe...

Tapi kalau udah nanya, siap-siap dengan jawabannya juga yah. Ini dia beratnya kalau ternyata si penyebar isu jawab: "Iya udah pernah liat". Waduh bahaya juga, kok dia bisa sampe paham koleksi pribadi orang lain, hehe... Kalau dia jawab: "Blom pernah". Nah berarti dia pembohong tuh. Gak usah dipilih orang yang begitu. Oiya sama satu lagi, di Indonesia itu kampanye negatif juga lebih banyak yang nyerang pribadi tapi bukan mempersoalkan kebijakan yang pernah atau akan dilakukan oleh calon presiden tersebut.Udah cuma mau bilang itu doang, hehe...
"What's valuable about that form is that the candidate is in the ad, and so if you don't like the attack, you think the attack is unfair, you know who made the attack and you can blame the sponsoring candidate. It also creates an accountability because the candidate is likely to have to indicate what the candidate would have done differently." Said American Professor of Communication and the director of the Annenberg Public Policy Center at the University of Pennsylvania (source: www. pbs.org)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar