Rabu, 04 Desember 2013

Linimasa kentut

Twitter saya nih Boi...

Tiba-tiba meledak, berbau sangit, dan seketika hilang, seperti kentut...

Tak dapat disalahkan, karena informasi sekarang berbondong-bondong masuk ke dalam smartphone kita sekalian. Mungkin jumlahnya ribuan, bahkan jutaan setiap harinya. Yang penting, yang gak penting, yang agak penting sekalipun, semuanya punya porsi sama dalam layar telepon genggam.  Mereka berjejalan, berebutan mengisi linimasa kotak kaca berukuran 5 inch buatan Korea.

Kalau kita tidak awas sedikit, informasi itu sekonyong-konyong hilang. Mereka termakan waktu. Di sini derajat penting atau tidak penting, sungguh tak lagi punya peranan. Istilah tersebut sudah tabu untuk dibicarakan. Sekarang orang bilang: "penting itu ya tergantung, tergantung sama siapa yang punya anggapan!" Alhasil kepentingan mutlak pun resmi dihapuskan.

Selain waktu, peran penting atau tidak penting juga diambil alih oleh suara mayoritas. Di mana yang banyak, pasti dianggap penting. Yang sedikit?, otomatis jadi yang tidak penting. Ya sesederhana itu. Bahasa kerennya voting, yang sebenarnya adalah lawan kata dari musyawarah. Nah kalau sudah mendapat bala bantuan itu, siapapun kalah, informasi apapun tak berdaya melawan kuasa mayoritas.

Tapi keunikan lainnya dari media baru, itu tidak bertahan lama. Informasi-informasi itu jadi serba tiba-tiba, "kagetan" kalau istilah saya.Tiba-tiba kasus Jilbab Hitam meledak, ramai dibicarakan, eh sekarang ilang dan terlupakan. Jilbab Hitam dengan cepatnya berganti menjadi Sitok. Siapa dan kenapa Sitok?. Entahlah saya sebenarnya tidak kenal, hanya saja dia telah dianggap penting oleh linimasa twitter saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar