Minggu, 21 Agustus 2011

Mazda Vantrend

Kadang sebuah barang bisa menjadi hal penting bagi seorang manusia, apabila terkandung memori-memori indah di dalamnya.
MBS, foto bersama dengan latar IPDN, Jatinangor
Sore hari (21/8) adalah saat diadakannya kegiatan buka puasa bersama Mazda Bandung Society (MBS). Mengikuti acara tersebut membuat memori-memori lama saya bangkit kembali. Maklum, dulu bapak saya punya mobil Mazda Vantrend. Mobil terbaik yang saat itu dimiliki keluarga kami. Dibeli tahun 1994, mobil itu selalu menemani kami sekeluarga bepergian. Mulai dari mudik, pergi ke sekolah, main ke kantor mamah, ke kantor bapak, belanja, sampai silaturahmi ke berbagai sanak-saudara.

Namun, perjalanan dengan Vantrend saat mudik menjadi kenangan paling berkesan yang saya ingat. Waktu itu untuk menyiasati agar saya dan adik saya bisa nyaman di perjalanan panjang. Bapak sengaja melipat kursi bagian belakang Vantrend sehingga sejajar dengan bagasi. Alhasil hilanglah kursi belakang Vantrend kami dan berubah jadi ruangan kosong. Kemudian, bapak menaruh kasur palembang dibelakang dan jadilah tempat tidur untuk saya dan adik saya (ketika itu sih terasa lega, maklum masih kecil)

Vantrend milik paman tampak depan (dulu punya saya)

Beranjak rada gede, saya sudah bisa nyetir dan mulai berani mengendarai Vantrend. Dulu, saya bawa Vantrend sesekali ke sekolah. Oleh teman-teman, Vantrend saya dijuluki "mobil anak muda". Pas saya SMA, Vantrend itu udah termasuk mobil tua karena teman-teman saya waktu itu udah pada bawa Honda Jazz. Tapi begitu senangnya saya, ketika banyak teman yang memilih untuk ikut pergi naik Vantrend saya ketimbang Jazz milik teman saya itu,hehe.

Begitu identiknya saya dengan Vantrend, sampai ada teman perempuan saya yang pernah bilang ke saya, "lod, gw waktu itu ngeliat vantrend warna silver, trus gw jadi keinget sama lo". Gila gak tuh, ternyata gw diinget-inget, haha...

Plat nomer yang identik dengan tanggal lahir saya

Sekarang Vantrend itu sudah bukan milik bapak saya lagi, melainkan sudah berpindah tangan ke paman saya. Kehilangan Vantrend pernah saya tangisi, tapi sekarang saya sudah tenang karena tahu kalau Vantrend saya selalu dirawat oleh paman saya. Dan, kalau tiba-tiba saya rindu pada Vantrend, saya tinggal main saja ke rumah paman, itung-itung silaturahmi.


Sabtu, 20 Agustus 2011

Lukisan Foto

Lebaran tahun kemarin, saya diminta oleh bapak saya memfoto ulang lukisan foto alm. mbah putri dan kakung. Maklumlah, lukisan foto itu sudah hampir lapuk termakan usia. Dan yang terpenting, lukisan foto tersebut adalah satu-satunya rekaman wajah mbah saya ketika masih muda (sekitar usia 20 tahun). Untuk itu, akan sangat sayang jika nanti hilang begitu saja...

Zaman mbah saya muda (1950), mungkin penggunaan dan orang yang punya kamera belum seperti saat ini, massal. Karena ketika itu, kamera hanya bisa dipunyai oleh kalangan terbatas saja (media, orang kaya, dan elit-elit negara). Jadi untuk mengabadikan sebuah momen, mereka harus mendatangkan tukang lukis segala. Yang mana, mbah saya harus mematung sekian puluh menit lamanya demi mendapatkan citra diri dari guratan-guratan pensil si tukang lukis (persis ketika Kate Winselt dilukis di film Titanic lah, tapi versi halal, haha).

Beruntunglah kita sekarang yang hidup di zaman kamera massal, kamera murah dan kamera sudah sangat mudah mengoprasionalkannya. Sekarang kamera sudah ada di handphone, kamera sudah menclok di ipod, sudah ada kamera pocket. Kalau sudah demikian mudah begitu, yang keterlaluan adalah manusia-manusia yang tidak memanfaatkannya untuk mengabadikan, mendokumentasikan momen. Sadarlah kalau manusia itu pelupa dan semoga kita tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang mudah melupakan, AMIN!

Mbah Matori (ayah dari bapak saya)

Mbah Muntamah (ibu dari bapak saya)


Rabu, 17 Agustus 2011

Ini dia Mahameru

Wew, tiba-tiba saya rindu sama Mahameru, rindu sama perjalanannya, rindu sama teman-temannya, rindu sama pembicaraan di sana, rindu Alfred, Dzaki, Tito, Ayu, Teti, Joni, Ardy, Bona, Allan, Agun, pokoknya rindu...

Mungkin dari sekian banyak momen dalam hidup saya, Mahameru termasuk yang tak terlupakan. Ingatan saya masih begitu jelas ketika kami tersasar di awal perjalanan menuju Tumpang, lalu naik jeep malam-malam ke Ranu Pani yang saat itu udaranya dingin naujubile, kemudian makan rawon super duper nikmat, berbagi cerita cinta di kemah ranu kumbolo, berdo'a di tanjakan cinta, melihat indahnya oro-oro ombo, lelahnya menaiki tanjakan 5-2, sampai perasaan bangga bercampur kesombongan ketika berhasil sampai puncak tertinggi tanah jawa, semuanya terasa luar biasa...

Foto-foto panorama ini mungkin hanya sebagian kecil dari keluarbiasaan perjalanan ke Mahameru bagi saya, semoga anda bisa menikmatinya...

Ranu Pani, pemberhentian pertama bagi para pendaki. Tempat terakhir yang bisa dicapai oleh kendaraan (jeep).

Ranu Kumbolo, pemberhentian kedua, tempat menginap. Banyak pelancong yang tujuannya hanya sampai di sini.
Pemandangan dari punggung Gunung Semeru ketika matahari terbit
Pemandangan dari puncak Mahameru

#Terimakasih kawan, tanpa kalian saya mungkin tidak akan pernah merasakan nikmatnya berada di puncak

Jumat, 05 Agustus 2011

Banyaknya Pas Ramadhan Doang

Sedang membaca Al-qur'an di dalam mobil
Pemandangan seperti ini, banyak bisa dilihat ketika Ramadhan, namun setelah itu?
Bahkan, masjid-masjid ramai juga hanya pada Ramadhan saja.

Entahlah, mungkin Ramdhan benar-benar dianggap sebagai bulan yang sangat suci sehingga di bulan2 lainnya seolah-olah boleh dikotori.

Tidak Percaya Diri

Biasanya, yang dijual oleh politikus itu kepercayaan dirinya. Mereka akan dengan PDnya berjanji untuk melaksanakan ini dan melaksanakan itu, menurunkan harga ini dan menurunkan harga itu, tapi setelah terpilih.... hmmm, kita baru tahu kalau selain PDnya yang gede, bohongnya juga gede.

Nah, anehnya ternyata ada politikus yang tidak percaya diri. Setidaknya terlihat dari baligho yang mereka pasang di depan kantornya masing-masing :

Kok ada gambar bu Meganya pak Ketua DPD?, emang situ takut gak dikenal ya...

Waduh pak Anas, yang ketua partai Demokrat itu anda, apa pak SBY?