Zaman mbah saya muda (1950), mungkin penggunaan dan orang yang punya kamera belum seperti saat ini, massal. Karena ketika itu, kamera hanya bisa dipunyai oleh kalangan terbatas saja (media, orang kaya, dan elit-elit negara). Jadi untuk mengabadikan sebuah momen, mereka harus mendatangkan tukang lukis segala. Yang mana, mbah saya harus mematung sekian puluh menit lamanya demi mendapatkan citra diri dari guratan-guratan pensil si tukang lukis (persis ketika Kate Winselt dilukis di film Titanic lah, tapi versi halal, haha).
Beruntunglah kita sekarang yang hidup di zaman kamera massal, kamera murah dan kamera sudah sangat mudah mengoprasionalkannya. Sekarang kamera sudah ada di handphone, kamera sudah menclok di ipod, sudah ada kamera pocket. Kalau sudah demikian mudah begitu, yang keterlaluan adalah manusia-manusia yang tidak memanfaatkannya untuk mengabadikan, mendokumentasikan momen. Sadarlah kalau manusia itu pelupa dan semoga kita tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang mudah melupakan, AMIN!
Mbah Matori (ayah dari bapak saya) |
Mbah Muntamah (ibu dari bapak saya) |
Kedua lukisan itu, Pak Mathorie dan Liek Mun adalah saya, lihat di pojok kana bawah masih terlihat inisial Z ..Zein.
BalasHapusooo pakde yang buat, berarti belom lama-lama banget dong yah, tahun 70an kali ya pakde?, itu ngelukis dari foto apa gmana?
BalasHapus