Senin, 13 Mei 2013

Kapitalisme sendal jepit

Sendal jepit paling mahal yang pernah saya temui, berlokasi di salah satu mal di Jakarta

Sendal jepit mungkin adalah bentuk alas kaki paling simpel yang diciptakan umat manusia. Terdiri atas dua bagian yaitu alas, seutas tali yang menjadi penyangga punggung kaki agar tertahan ketika melangkah. Baik alas maupun tali sendal jepit, biasanya berbahan dasar karet sehingga seharusnya ongkos produksinya tidak terlampau mahal. Toh sendal jepit kan biasa hanya dipakai di rumah atau ruang-ruang yang sifatnya informal, jadi buat apa bagus-bagus apalagi mahal-mahal.


Sendal jepit yang paling akrab dengan saya adalah merek Swallow, harganya kalau dijual di warung-warung pinggir jalan kisaran Rp7.000 - Rp10.000. Ya harga segitu sudah cocoklah dengan isi dompet saya, dan dengan fungsi sendal jepit sendiri. Pasalnya kegunaannya hanya satu yaitu jadi pengganti sepatu saya, ketika hujan diperjalanan (maklum akhir-akhir ini saya kerap bepergian dengan sepeda motor). Sudah fungsinya itu saja, jadi buat apa mahal-mahal.

Tapi ternyata saya menemukan sendal jepit dengan harga naujubile. Harganya sekitar 150% lebih mahal dari Swallow yang notabene adalah produk dalam negeri. Padahal dari segi bentuk mah, sendal jepit mahal itu ya begitu aja layaknya sendal jepit biasa. Dilihat dari sisi warna juga gitu, bahannya pun sama-sama karet. Sekarang pertanyaannya, kok bisa harganya melambung tinggi yah?

Pasti sistem "Kapitalisme Sendal Jepit" tanpa sadar telah menyerang negeri kita. Sendal jepit merek Ipanema yang entah berasal dari Brazil, Inggris atau Amerika itu telah berhasil memanfaatkan azas meraih untung sebesar-besarnya dengan ongkos produksi sekecil-kecilnya. Bayangkan harganya Rp150.000, padahal mah harga bikinnya ya kurang lebih sama dengan Swallow, kan sama-sama dari karet trus sama-sama sendal jepit.

Itu dia boi, yang namanya "Kapitalisme Sendal Jepit". Barang yang kesannya punya nilai guna sedikit aja bisa dihargain mahal. Caranya yah melalui pencitraan seperti dijualnya di mal, sama propaganda kalau Ipanema itu sendalnya para artis. Dalam situs Ipanema terpampang halaman Celebrity Sighting yang isinya foto bintang-bintang hollywood lagi pakai sendal jepit. Alhasil kan rakyat jelata, jadi kepengen pake juga karena nganggep apa yang dipakai artis tuh keren. Bahkan ketika artis memakai sendal jepit, itu pun keren hehe...

Hebat yah "Kapitalisme Sendal Jepit". Cara jitu tuh boi untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, tapi ingat belum tentu cara itu pas di dalam hati masing-masing dari kita.

4 komentar:

  1. saya penggemar berat sendal jepit..kenapa ada yang mahal?kualitas bahan nya beda mas..silahkan coba dan buktikan sendiri..masalah kapitalis mungkin ada benar nya,tp hnya sejauh kemampuan "modal" mereka yang besar sehingga mampu menciptakan "citra" melalui promosi2 nya..tp untuk mslh kualitas,saya jamin,kl ada produk dengan hrga mahal tp kualitas nya jelek,ga bakal laku lah produknya n ga bakal panjang jg umur nya..apalagi di era keterbukaan informasi seperti skr,konsumen jg udh pinter2,saya sndiri jg kl mau beli brg apapun itu yg kira2 mahal buat ukuran kantong saya,pasti saya cari2 info dl,psti ada review ttg produk apapun itu kl kt mau nyari2..terus kl cma mau cari "merk/brand" aja,yg kw alias aspal jg udh bnyk,jd ga usah tkt ditipu sma kapitalis,atau zionis,atau selebritis,atau ciamis,atau malah sipilis..hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap penggemar berat sendal jepit, RaawwwwKKK....

      Hapus
  2. inilah mental indo,mental negative thinking. kalau swallow yang baru dipakai langsung buluk terus dibandingin sama havaianas atau ipanema,ya jauh lah. kalau masalah fungsi,pintu triplek sama pintu jati juga sama2 pintu,tapi harganya?coba rubah pola pikirnya mas,kalau seperti itu terus ya bakal seperti ini terus indo. kalau mau maju,coba lah lempar produk ke pasar dengan kualitas sama tetapi harga lebih bagus. saya sendiri pernah pakai sendal jepit merk bata yang notabene asli buatan indo,harganya sekitar 25rb,lebih mahal dikit lah dari swallow,tapi secara model dan kualitas lumayan kok,walaupun tetap ga sebanding sama sendal jepit yang di atas itu,apa yang terjadi?sendal bata tersebut selalu sold out di setiap konter bata,sampai-sampai saya susah mau beli lagi,ini jadi bukti bahwa masyarakat sudah tau akan 'value' dari sebuah barang,dan ini harus dimanfaatkan untuk memasarkan produk2 yang lebih berkualitas,jangan malah repot ngurusin kapitalis segala

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih ya mas, mau berbagi pendapat...
      Maap ya klo ada tulisan saya gak berkenan, maklum urusan saya gak banyak, jadi aja sok-sokan nulis begini :), mampir mas ke tulisan saya yang lain --> http://yangpentingnyoba.blogspot.com/2012/03/pencitraan-pencukur-ketek.html
      Oiya sebagai informasi, Bata mungkin dibuat di Indonesia tapi itu asli merk luar negeri loh, coba bisa cek di sini --> http://www.bata.com/our-history/

      Hapus